CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »
Glitter Graphics | http://www.graphicsgrotto.com/

Selasa, 04 September 2012

Arum


Arum
Ijo royo-royo
Ron-ron panyaringe srengenge
Angrias sekolahku
Kembang-kembang kang arum
Kaya arume sekolahku ing jaba kana
            Esuk repet-repet
            Para siswa mangkat golek ngelmu
            Kanthi ikhlas legawaning ati
            Eling marang Gusti yen ilmu iku ujubing pekerti
 Sekolahku kang asri
Misuwur ing ngendi-ngendi
Bocah sregep, anggayuh impi
Guru sae budi pekerti
            Ayo wiwit iki obah lan gumregah
            Dudah ben jumangkah
            Anggayuh impi lan prestasi
            Kanggo aruming sekolah kang dak tresnani

           

Jumat, 20 Juli 2012

Kasih Sayang & Kemurkaan Allah SWT Pada Jenazah Senin, 02 Januari 2012

Kasih Sayang & Kemurkaan Allah SWT Pada Jenazah Senin, 02 Januari 2012


قال رسول اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ لَا يُعَذِّبُ بِدَمْعِ الْعَيْنِ وَلَا بِحُزْنِ الْقَلْبِ وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهَذَا وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ أَوْ يَرْحَمُ وَإِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْه
(صحيح البخاري)
“Sabda Rasulullah SAW: “Sungguh Allah SWT tidak menyiksa/murka dengan linangan airmata, tidak pula dengan kesedihan hati, namun Allah bisa murka atau bisa mengasihani sebab ini: seraya menunjuk lidah beliau SAW, dan sungguh mayyit disiksa sebab raungan keluarganya atas kematiannya” (Shahih Bukhari)
Image
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha membuka cahaya hidayah bagi hamba-hambaNya yang dikehendakinya untuk tertuntunkan dengan hidayah dan tuntunan-tuntunan mulia yang berpijar dengan munculnya nabi termulia, yang cahayanya berpijar menerangi alam semesta, sehingga hamba-hamba yang dicintai maka nama-nama mereka digemuruhkan di alam semesta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa jika seorang hamba dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala, maka Allah berfirman kepada Jibril AS dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari:
 إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ
“ Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata : “ Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “ Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini .” 
Maka semua manusia sebelum mereka wafat, nama-nama mereka telah diserukan di kerajaan alam semesta dan telah dikenang sebagai hamba yang dicintai Allah subhanahu wata’ala atau hamba yang dimurkai-Nya. Namun bisa jadi dengan kehendak Allah Yang Maha Luhur dan Maha Suci, seorang hamba bisa dirubah keputusan hidupnya dari kehinaan untuk mencapai kemuliaan, dan hal itu tidaklah mustahil bagi Allah subhanahu wata’ala, karena alam semesta ini adalah milik Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala mampu membolak-balikkan kerajaan langit dan bumi ini dengan kehendak-Nya, untuk mencintai hamb-hambaNya si fulan atau membenci si fulan. Dan perkumpulan kita di malam ini adalah perkumpulan hamba-hamba dimana nama-nama mereka sedang dikumandangkan di langit sebagai hamba yang dicintai Allah. Ketahuilah dengan perkumpulan seperti ini, jika kita bukan termasuk hamba yang dicintai Allah subhanahu wata’ala, maka kita tidak akan bisa hadir di majelis yang dicintai Allah, karena jika kita termasuk hamba yang dimurkai Allah maka tempat kita adalah tempat-tempat yang dimurkai Allah. Namun saat ini kita berada pada tempat yang dihujani rahmat dan hidayah, tempat yang dihujani limpahan anugerah dan kasih sayang Ilahi, tempat yang menjadikan seorang hamba yang dimurkai berubah menjadi orang yang dicintai Allah. Maka semoga kita tidak keluar dari majelis ini kecuali telah dicatat nama-nama kita dengan tinta cahaya bahwa kita termasuk hamba yang dicintai Allah, sehingga kita wafat dalam keadaan cinta dan dicintai Allah subhanahu wata’ala kemudian dibangkitkan bersama hamba-hamba yang dicintai Allah .
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Pada majelis yang lalu, kita membaca hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun belum sempat saya jelaskan, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Bukhari:
أَمَا إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِىَ أَهْلَهُ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنِى الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا ثُمَّ رُزِقَ أَوْ قُضِىَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ
“Apabila seseorang membaca doa berikut ini sebelum menggauli isterinya: "bismillah allahumma jannibnis syaithan wa jannibis syaithan ma razaqtana" (Dengan menyebut nama Allah, ya Allah, jauhkanlah syetan dari saya, dan jauhkanlah ia dari apa yang akan Eukau rizkikan kepada kami (anak, keturunan), kemudian dari hubungan tersebut ditakdirkan menghasilkan seorang anak, maka ia tidak akan diganggu oleh setan selamanya"
Jika dari hubungan itu lahir seorang anak atau bayi, maka syaitan tidak akan mampu memperangkapnya. Namun ucapan ini bersifat ‘aam makhsus (Umum dan dikhususkan), dimana yang dimaksud bukan berarti anak tersebut tidak akan bisa digoda oleh syaitan akan tetapi tidak akan terjebak oleh syaitan ke dalam dosa-dosa besar. Oleh karena itu, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada ummatnya akan tuntunan keselamatan seorang anak sebelum ia terlahirkan dan masih berada di sulbi ayahnya, yaitu dengan membaca doa tersebut di atas. Maka para generasi di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu keturunan para sahabat adalah para imam-imam besar, para tabi’in dan hujjatul islam. Akan tetapi semakin manusia menjauhi sunnah ketika berhubungan antara suami dan istri, yang hubungan mereka hanya sekedar sebagai pelampiasan nafsu saja, maka dari sana terlahirlah para generasi yang mudah terjebak dalam perangkap syaitan, seperti perbuatan zina, narkotika dan lainnya, karena sebelum terlahir ia tidak terjaga oleh cahaya tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Selanjutnya hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang kita baca tadi, bahwa seseorang yang menangisi orang yang telah wafat maka jenazah orang yang wafat itu tidak akan disiksa oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagian muslimin memahami bahwa menangisi orang yang telah meninggal maka si mayyit akan disiksa, tidak demikian halnya bahkan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq menangis di depan jenazah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dulu menangis di hadapan seorang bayi yang telah wafat, begitu juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengalirkan air mata ketika putrinya wafat. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dan menjelaskan bahwa Allah tidak akan menyiksa seorang yang telah meninggal karena tangisan orang-orang yang ditinggalnya dan tidak juga Allah menyiksa atas kesedihan hati orang yang ditinggalnya , karena sepantasnya seseorang bersedih jika ditinggal oleh kekasihnya, namun Allah subhanahu wata’ala bisa murka terhadap jenazah sebab ucapan mereka yang ditinggalkan atau mengasihinya . Para imam ahlu hadits, diantaranya Al Imam Ibn Hajar Al Asqalni di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan makna hadits ini adalah yang dimaksud bahwa lisan (ucapan) yang bisa menjadikan jenazah disiksa adalah orang-orang yang melakukan niyahah (berteriak/meronta-ronta) seakan tidak menerima takdi Allah subhanahu wata’ala, dan si mayyit semasa hidupnya tidak mengajarkan kepada keluarganya bahwa menyesali takdir Allah adalah hal yang tercela, maka Allah tampakkan kehinaan kepadanya dengan tangisan keluarganya atas meninggalnya, maka dalam hal seperti ini jika semakin para keluarga dan kerabatnya menangis maka ia akan semakin terhimpit dan tersiksa, karena ia tidak mengajarkan kepada mereka untuk menerima dan bersabar atas takdir yang diberikan Allah kepada mereka. Maka dalam hadits tersebut tersimpan satu kata dan menjadi dalil yang jelas bahwa Allah bisa menyayangi jenazah sebab ucapan atau doa seseorang. Sebagian pendapat mengatakan bahwa orang yang telah meninggal maka amalnya terputus dan tidak lagi bisa sampai kepadanya amal apapun, akan tetapi orang yang masih hidup dapat menolong orang yang telah meninggal dengan doanya, hadits tadi merupakan salah satu dalil akan hal ini, dimana seorang jenazah bisa disiksa atau disayangi oleh Allah sebab lisan/ucapan orang yang hidup, jika orang yang masih hidup mendoakannya maka hal itu akan bisa merubah keadaannya di dalam kubur. Adapun yang dimaksud ucapan orang yang masih hidup akan menjadi musibah bagi jenazah di alam kuburnya adalah niyahah, seperti berkata dengan berteriak sambil menangis : “jika si fulan tidak melakukan hal itu maka ia tidak akan meninggal”, dan lainnya dari ucapan-ucapan yang menunjukkan penyesalan atas kematian seseorang, hal itulah yang menjadikan si mayyit tersiksa di kuburnya. Namun sebagian ulama’ berpendapat bahwa selama si mayyit di masa hidupnya ia mengajarkan kepada keluarganya untuk tabah dan sabar atas takdir Allah subhanahu wata’ala, maka ia tidak akan mendapatkan kesulitan tersebut di kuburnya, namun yang akan mendapatkan kesulitan adalah keluarganya yang masih hidup.
Saudara saudari yang kumuliakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah perantara termulia, terindah dan terbaik antara kita dengan Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana kita tidak bisa melihat Allah subhanahu wata’ala, dan kita tidak akan mengenal Al qur’an kecuali dari sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena Allah subhanahu wata’ala tidak mengajarkan Al qur’an kepada kita secara langsung. Dalam hal ini saya ingin menukil suatu riwayat yang tsiqah dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi syarah Sunan At Tirmidzi, dimana suatu waktu sayyidina Utsman bin Hanif RA, salah seorang sahabat Rasulullah di datangi oleh seseorang dan berkata kepadanya : “Aku ingin bertemu dengan khalifah Utsman bin Affan (Khalifah di masa itu) karena aku mempunyai hutang yang belum terselesaikan, namun untuk bertemu dengan beliau merupakan hal yang sulit karena beliau sangat sibuk”, maka sayyidina Utsman bin Hanif berkata : “Masukklah engkau ke dalam masjid, berwudhulah kemudian shalatlah 2 rakaat, setelah selesai shalat berdoalah” :
اَللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ النَّبِي الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلىَ رَبِّي فِي حَاجَتِيْ هَذِهِ فَتَقْضِي لِي. اَللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِيْ فِيْهِ
“Ya Allah, aku memohon kepadaMu dan meminta kepadaMu demi nabiMu Muhammad yang penuh rahmat. Wahai Muhammad, sungguh aku meminta kepada Tuhanku atas hajatku dengan perantaramu, maka kabulkanlah untukku. Ya Allah, berilah syafaat kepadanya untuk mensyafaatiku, dan kabulkanlah doaku untuknya”
Mengapa dalam doa itu disebutkan perkataan يا محمد : Wahai Muhammad , padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat. Namun ingatlah bahwa setiap kita melakukan shalat, kita selalu berbicara dengan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam tasyahhud dengan mengucapkan:
 السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi dan juga rahmat dan berkahnya”
Dan dalam madzhab Syafii jika tidak mengucapkan “Assalamu ’alaika : Salam sejahtera untukmu”, maka shalatnya tidak sah, meskipun dalam madzhab yang lain diperbolehkan mengucapkan “Assalamu ’alaihi : salam sejahtera untuknya”, atau “Assalamu ‘alaa an nabiy : salam sejahtera untuk nabi”. Dalam riwayat shahih Bukhari disebutkan ketika salah seorang sahabat yang sedang melakukan shalat dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam namun ia tidak menjawab , dan setelah selesai melakukan shalat ia menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata kepada Rasulullah : “wahai Rasulullah ketika engkau memanggiku, aku sedang melakukan shalat”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Tidakkah engaku mendengar firman Allah subhanahu wata’ala” :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
( الأنفال : 24 )
“Wahai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. ( QS. Al Anfal : 24 )
Maka dikatakan oleh para imam bahwa orang-orang yang hidup pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika sedang melakukan shalat kemudian Rasulullah memanggilnya dan ia menjawab panggilan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka shalatnya tidak batal. Maka sayyidina Utsman bin Hanif mengajarkan doa tersebut kepada orang yang datang kepadanya, dan setelah orang itu melakukan shalat 2 rakaat dan membaca doa tersebut, kemudian ia keluar dan berjalan, setelah mulai mendekat dengan rumah sayyidina Utsman bin Affan, maka beliau membuka pintu, dan berkata : “wahai fulan, apa yang membuatmu datang kesini?”, kemudian orang itu berkata: “wahai sayyidina Umar, berbulan-bulan aku ingin berjumpa denganmu dan menyampaikan suatu hal kepadamu dan untuk meminta bantuan darimu”, dan setelah ia mengatakan seluruh hajatnya kepada sayyidina Umar maka beliau pun memenuhinya, lalu orang itu pergi dan menemui sayyidina Utsman bin Hanif dan berkata : “ apakah engkau telah mengatakan kepada sayyidina Umar bahwa aku ingin bertemu dengan beliau dan membicarakan hajatku kepada beliau?”, maka Utsman bin Harits berkata bahwa ia tidak mengatakan hal itu kepada sayyidina Utsman bin Affan, orang itu kembali berkata : “setelah tadi aku selesai melakukan shalat dan berdoa dengan doa yang engkau ajarkan kepadaku, lalu aku keluar dan setelah mendekat denagn rumah sayyidina Utsman bin Affan beliau membuka pintu rumahnya dan menanyakan hajatku, kemudian memenuhi semuanya”, maka sayyidina Utsman bin Harits berkata, sebagaimana riwayat dalam kitab As Syifaa oleh Al Imam Qadhi ‘Iyadh : “Ketika Rasulullah masih hidup, aku melihat seorang yang buta dan berkata di hadapan Rasulullah : “wahai Rasulullah doakanlah aku agar aku dapat melihat”, namun Rasulullah berkata : “jika engkau bersabar maka hal itu lebih baik bagimu”, namun orang buta itu ingin sembuh dan bisa melihat”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruhnya untuk berwudhu lalu melakukan shalat 2 rakaat, kemudian beliau mengajarkan doa yang tadi kuajarkan kepadamu setelah selesai mengerjakan shalat, dan kulihat orang itu setelah melakukan shalat dan berdoa, seketika ia melepas tongkatnya dan dapat ia melihat”. Hal ini merupakan mu’jizat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Terdapat pula dalam riwayat dimana ketika seorang hakim sedang mengadili 2 orang yaitu seorang shalih dan seorang pendosa, dimana si pendosa mengambil tanah milik orang shalih itu dan mengakui bahwa tanah itu adalah miliknya, sang hakim tahu bahwa si pendosa itu berbohong dan orang shalih itu tidak akan berdusta, maka sang hakim berkata kepada pendosa itu : “wahai fulan, apa buktinya bahwa tanah itu adalah milikmu?” maka pendosa itu berkata : “aku mempunyai 2 orang saksi yang akan bersumpah demi nama Allah bahwa tanah itu adalah milikku”, padahal 2 orang saksi itu adalah saksi yang dibayar. Kemudian sang hakim bertanya kepada orang shalih itu : “Wahai fulan, apakah engkau memiliki bukti bahwa tanah itu adalah milikmu dan bukan milik orang itu?”, orang shalih itu berkata : “ Aku tidak mempunyai saksi kecuali Allah subhanahu wata’ala”, maka diputuskan bahwa tanah itu milik pendosa tersebut, meskipun sang hakim mengetahui bahwa pendosa itu berbohong, namun karena dalam hukum bahwa kesaksian yang sah adalah jika terdapat dua saksi, maka kesaksian pendosa itu diterima, lalu orang shalih itu berkata : “ benarkah engkau akan menyerahkan tanahku ini kepada orang yang telah berdusta itu?!, kemudian ia berdoa : “Wahai Allah tenggelamkanlah ia hingga ke lututnya”, maka si Hakim pun tenggelam ke dalam bumi hingga ke lututnya, kemudian orang shalih itu kembali berkata : “apakah engkau tetap akan memutuskan dan menyerahkan tanahku kepada orang itu?”, sang hakim menjawab : “aku akan tetap berjalan pada apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, maka orang shalih itu berkata : “wahai bumi pendamlah ia hingga ke perutnya”, si hakim pun terpendam sampai ke perutnya hingga merasa sesak untuk bernafas, namun ia berkata : “aku akan tetap berada pada jalan yang diajarakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, maka orang shalih itu berkata : “wahai bumi pendamlah ia hingga sampai ke lehernya”, orang shalih itu kembali berkata : “apakah engkau tetap akan membela orang-orang yang berdusta itu”, sang hakim yang telah terpendam sampai ke lehernya, hingga tidak lagi mampu bernafas, kemudian sang hakim itu dalam keadaan tidak berdaya mengangkat tangannya dan berteriak : “Aku hanya ingin membela syaritmu wahai Rasulullah”, maka dalam sekejap ia pun terangkat ke atas bumi, sungguh hal ini sebab mu’jizat dan kemuliaan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada seorang pun yang bisa melawan mu’jizat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh sebab itu cintailah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Adab Al Mufrad beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَجِيبُوا الدَّاعِيَ وَلَا تَرُدُّوا الْهَدِيَّةَ وَلَا تَضْرِبُوا الْمُسْلِمِينَ
“Penuhilah orang yang memanggil (undangan), dan janganlah menolak hadiah, dan janganlah memukul orang-orang muslim”
Adapun dalam hal mendatangi undangan, sebagaimana setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat banyak diantara para sahabat yang mengurung dirinya dan tidak mau keluar rumah, hal itu benar adanya sebagaimana dalam riwayat bahwa setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mulai terjadi fitnah antara khulafaa ar rasyidin, maka berpuluh-puluh tahun para ahlu Badr tidak keluar dari rumahnya hingga ia wafat, namun sebagian para sahabat tetap keluar rumah untuk berjihad, mengajar, dll. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk mendatangi undangan selama undangan itu dalam kebaikan bukan dalam kemaksiatan. Dan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seburuk-buruk undangan adalah undangan untuk orang-orang kaya, sedangkan orang miskin tidak di undang. Dan juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk tidak menolak hadiah, dan tidak memukul orang muslim. Oleh sebab itu berhati-hatilah dalam hal ini, jagalah tangan kita jangan sampai memukul orang muslim, sehingga kelak di hari kiamat tangan itu akan bersaksi bahwa ia telah memukul orang yang mengucap : “Laailaaha illallah Muhammad Rasulullah”. Karena telah diriwayatkan di dalam kitab Adab Al Mufrad oleh Imam Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib bersama 2 orang hamba sahaya, dan berkata : “wahai Ali, kuserahkan kepadamu 2 orang hamba sahaya, namun kuberpesan satu hal yaitu jangan pernah pukul mereka, karena aku dilarang untuk memukul orang yang mengerjakan shalat”. Demikian tuntunan indah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah subhanahu wata’ala semakin memakmurkan hati kita, memakmurkan ruh dan pemikiran kita dan memakmurkan kehidupan kita di dunia dan akhirat, amin allahumma amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
Terakhir Diperbaharui ( Saturday, 14 January 2012 ) 
 
Sumber : www.majelisrasulullah.org
 

Kamis, 08 Maret 2012

Pacaran???

Islam Kok Pacaran

oleh Aliman Syahrani

Soal pacaran di zaman sekarang tampaknya menjadi gejala umum di kalangan kawula muda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan dalam roman, novel, film dan syair lagu. Sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja memang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara, harus ada pasangan tetap sebagai tempat untuk bertukar cerita dan berbagi rasa.
Selama ini tempaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran. Namun setidak-tidaknya di dalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa nikah.
Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti puppy love (cinta monyet), datang (kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan).
Bagaimanapun mereka yang berpacaran, jika kebebasan seksual da lam pacaran diartikan sebagai hubungan suami-istri, maka dengan tegas mereka menolak. Namun, tidaklah demikian jika diartikan sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan cinta, sebagai alat untuk memilih pasangan hidup. Akan tetapi kenyataannya, orang berpacaran akan sulit segi mudharatnya ketimbang maslahatnya. Satu contoh : orang berpacaran cenderung mengenang dianya. Waktu luangnya (misalnya bagi mahasiswa) banyak terisi hal-hal semacam melamun atau berfantasi. Amanah untuk belajar terkurangi atau bahkan terbengkalai. Biasanya mahasiswa masih mendapat kiriman dari orang tua. Apakah uang kiriman untuk hidup dan membeli buku tidak terserap untuk pacaran itu ?
Atas dasar itulah ulama memandang, bahwa pacaran model begini adalah kedhaliman atas amanah orang tua. Secara sosio kultural di kalangan masyarakat agamis, pacaran akan mengundang fitnah, bahkan tergolong naif. Mau tidak mau, orang yang berpacaran sedikit demi sedikit akan terkikis peresapan ke-Islam-an dalam hatinya, bahkan bisa mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak. Na’udzubillah min dzalik !
Sudah banyak gambaran kehancuran moral akibat pacaran, atau pergaulan bebas yang telah terjadi akibat science dan peradaban modern (westernisasi). Islam sendiri sebagai penyempurnaan dien-dien tidak kalah canggihnya memberi penjelasan mengenai berpacaran. Pacaran menurut Islam diidentikkan sebagai apa yang dilontarkan Rasulullah SAW : "Apabila seorang di antara kamu meminang seorang wanita, andaikata dia dapat melihat wanita yang akan dipinangnya, maka lihatlah." (HR Ahmad dan Abu Daud).
Namun Islam juga, jelas-jelas menyatakan bahwa berpacaran bukan jalan yang diridhai Allah, karena banyak segi mudharatnya. Setiap orang yang berpacaran cenderung untuk bertemu, duduk, pergi bergaul berdua. Ini jelas pelanggaran syari’at ! Terhadap larangan melihat atau bergaul bukan muhrim atau bukan istrinya. Sebagaimana yang tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas yang artinya: "Janganlah salah seorang di antara kamu bersepi-sepi (berkhalwat) dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya." Tabrani dan Al-Hakim dari Hudzaifah juga meriwayatkan dalam hadits yang lain: "Lirikan mata merupakan anak panah yang beracun dari setan, barang siapa meninggalkan karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantikannya dengan iman sempurna hingga ia dapat merasakan arti kemanisannya dalam hati."
Tapi mungkin juga ada di antara mereka yang mencoba "berdalih" dengan mengemukakan argumen berdasar kepada sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Abu Daud berikut : "Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, atawa memberi karena Allah, dan tidak mau memberi karena Allah, maka sungguh orang itu telah menyempurnakan imannya." Tarohlah mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai tali iman yang kokoh, yang nggak bakalan terjerumus (terlalu) jauh dalam mengarungi "dunia berpacaran" mereka. Tapi kita juga berhak bertanya : sejauh manakah mereka dapat mengendalikan kemudi "perahu pacaran" itu ? Dan jika kita kembalikan lagi kepada hadits yang telah mereka kemukakan itu, bahwa barang siapa yang mencintai karena Allah adalah salah satu aspek penyempurna keimanan seseorang, lalu benarkah mereka itu mencintai satu sama lainnya benar-benar karena Allah ? Dan bagaimana mereka merealisasikan "mencintai karena Allah" tersebut ? Kalau (misalnya) ada acara bonceng-boncengan, dua-duaan, atau bahkan sampai buka aurat (dalam arti semestinya selain wajah dan dua tapak tangan) bagi si cewek, atau yang lain-lainnya, apakah itu bisa dikategorikan sebagai "mencintai karena Allah ?" Jawabnya jelas tidak !
Dalam kaitan ini peran orang tua sangat penting dalam mengawasi pergaulan anak-anaknya terutama yang lebih menjurus kepada pergaulan dengan lain jenis. Adalah suatu keteledoran jika orang tua membiarkan anak-anaknya bergaul bebas dengan bukan muhrimnya. Oleh karena itu sikap yang bijak bagi orang tua kalau melihat anaknya sudah saatnya untuk menikah, adalah segera saja laksanakan.

Dikutip dari: http://www.indomedia.com/bpost/012000/24/opini/resensi.htm

 

Artikel II

Pacaran dalam Islam

Gimana sich sebenernya pacaran itu, enak ngga' ya? Bahaya ngga' ya ? Apa bener pacaran itu harus kita lakukan kalo mo nyari pasangan hidup kita ? Apa memang bener ada pacaran yang Islami itu, dan bagaimana kita menyikapi hal itu?
Memiliki rasa cinta adalah fitrah
Ketika hati udah terkena panah asmara, terjangkit virus cinta, akibatnya...... dahsyat man...... yang diinget cuma si dia, pengen selalu berdua, akan makan inget si dia, waktu tidur mimpi si dia. Bahkan orang yang lagi fall in love itu rela ngorbanin apa aja demi cinta, rela ngelakuin apa aja demi cinta, semua dilakukan agar si dia tambah cinta. Sampe' akhirnya....... pacaran yuk. Cinta pun tambah terpupuk, hati penuh dengan bunga. Yang gawat lagi, karena pengen bukti'in cinta, bisa buat perut buncit (hamil). Karena cinta diputusin bisa minum baygon. Karena cinta ditolak .... dukun pun ikut bertindak.
Sebenarnya manusia secara fitrah diberi potensi kehidupan yang sama, dimana potensi itu yang kemudian selalu mendorong manusia melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Potensi ini sendiri bisa kita kenal dalam dua bentuk. Pertama, yang menuntut adanya pemenuhan yang sifatnya pasti, kalo ngga' terpenuhi manusia bakalan binasa. Inilah yang disebut kebutuhan jasmani (haajatul 'udwiyah), seperti kebutuhan makan, minum, tidur, bernafas, buang hajat de el el. Kedua, yang menuntut adanya pemenuhan aja, tapi kalo' kagak terpenuhi manusia ngga' bakalan mati, cuman bakal gelisah (ngga' tenang) sampe' terpenuhinya tuntutan tersebut, yang disebut naluri atau keinginan (gharizah). Kemudian naluri ini di bagi menjadi 3 macam yang penting yaitu :
Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, de el el.
Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah.
Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, temen, sodara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis.
Pacaran dalam perspektif islam
In fact, pacaran merupakan wadah antara dua insan yang kasmaran, dimana sering cubit-cubitan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, raba-rabaan sampai pergaulan ilegal (seks). Islam sudah jelas menyatakan: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)
Seringkali sewaktu lagi pacaran banyak aktivitas laen yang hukumnya wajib maupun sunnah jadi terlupakan. Sampe-sampe sewaktu sholat sempat teringat si do'i. Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya PACARAN ITU HARAM HUKUMNYA, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram.

Adapun resep nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu."
(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).
Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah syaiton. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaiton menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).
Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup aurotnya agar tidak merangsang para lelaki. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya." (Q. S. An Nuur : 31).
Dan juga sabda Nabi: "Hendaklah kita benar-benar memejakamkan mata dan memelihara kemaluan, atau benar-benar Allah akan menutup rapat matamu."(HR. Thabrany).
Yang perlu di ingat bahwa jodoh merupakan QADLA' (ketentuan) Allah, dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali, manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum dalam Al Qur'an: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)."
Wallahu A'lam bish-Showab
Oleh: Buletin Dakwah Remas RIHLAH SMU N I Sooko, edisi 6, 1421 H
Disalin dari Lembar Buletin Dakwah BINTANG (2)

Dikutip dari http://www.alislam.or.id/artikel/arsip/00000028.html

Sabtu, 25 Februari 2012

bunaken island

Bunaken is an island covering an area of ​​8.08 km ² at Manado Bay, situated on the northernisland of SulawesiIndonesiaThis island is part of the city of Manado, the provincial capital of North Sulawesi, IndonesiaBunaken island can be traveled by fast boat (speed boat) or a rented boat with about 30 minute trip from the port city of ManadoAround the island there Bunaken Bunaken marine park that is part of the Bunaken National ParkThis marine park has marine biodiversity among the highest in the worldScuba diving attracts many visitors to the island. Bunaken marine park as a whole covers an area of ​​75 265hectares to the five islands within it, namely the island of Manado TuaBunaken Island,Siladen IslandIsland Mantehage follows several children of his island, and island Naen.Although it covers an area of ​​75 265 hectaresthe location of the dive (divingis limited ineach of the five beaches that surround the island.
Bunaken marine park has a 20 point dive (dive spot) with varying depths of up to 1344metersOf the 20 point dive, dive 12 points of which are located around Bunaken Island.Twelve-point diving is the most frequently visited by divers and lovers of the beauty of the underwater scenery.
Most of the 12 point dive in Bunaken island lined up from the southeast to the northwest of the island. In this region there is a great underwater walls, also called the hanging wallsorwalls of a giant rock that stands vertical and curved upwardThese rock walls are also a source of food for fish in the waters around Bunaken Island.

Whitney Houston - I Will Always Love You - Lyrics

Hero - Mariah Carey (Lyrics)

sinopsis nove padang bulan andrea hirata

Jika dikatakan bahwa novel ini (dwilogi Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas) untuk mejawab rasa penasaran sebagian besar pembaca karena kisah di dalam Maryamah Karpov tidak tuntas memang ada benarnya. Novel kedua yang berjudul Cinta di Dalam Gelas menurutku justeru lebih pantas diberi judul tersebut. Di novel inilah sepak terjang Maryamah digambarkan dengan jelas bukan hanya sekilas seperti dalam Maryamah Karpov
Jika dibandingkan dengan tetralogi sebelumnya, dwilogi ini terasa lebih nakal. Andrea membebaskan dirinya untuk bermain-main dengan bahasa yang lebih berani. Ini bisa dimaklumi mengingat spirit awal penulisan tetralogi Laskar Pelangi adalah sebagi persembahan kepada guru tercinta mereka Bu Muslimah. Sedangkan dwilogi ini sepertinya memanfaakan momentum dan latar Laskar Pelangi sebagai dasar cerita saja sehingga Andrea memiliki sedikit beban moral untuk bersantun dalam bahasa.
Novel ini masih mengusung tema pergulatan seseorang yang tidak kenal menyerah dalam mengatasi kesulitan hidup. Dia yang sudah miskin secara struktural menjadi lebih terhimpit lagi ketika nasib tidak berpihak kepada dirinya. Ketika sandaran hidup mereka justru menginggalkan mereka maka dialah yang harus berjuang untuk melepaskan atau menahan himpitan kemiskinan tersebut.
Hebatnya diantara pergulatan melawan himpitan kemiskinan tersebut dia masih memiliki resolusi hidup atau semacam life list (hal-hal penting yang ingin mereka capai dalam hidup) yang justeru melampaui status/kondisi sosialnya. Bayangkan seorang penambang timah tradisional memiliki keinginan dan kegigihan yang tinggi untuk belajar Bahasa Inggris. Meskipun untuk itu dia harus menempuh jarak sejauh 100 km di akhir pekan ke tempat kursus.
Kesan yang mendalam dan mengaduk-aduk emosi justru kita temukan di awal,  Mosaik 1 yang berjudul Lelaki Penyayang. Dari sebuah narasi menggelikan yang membuat kita terkekeh (terutama jika kita pernah menaksir lawan jenis di usia remaja) berakhir dengan tragedi menyedihkan yang mebuat mata kita berkaca-kaca. Kejutan yang seharusnya menjadi saat paling membahagiakan bagi sebuah keluarga sederhana justeru berubah menjadi kejutan akibat malapetaka.
Kisah Enong (nama panggilam Maryamah) saja sebenarnya layak dijadikan tema sentral Padang Bulan. Sementara kisah cinta Ikal dangan A Ling justeru menjadikan novel ini terasa bertele-tele. Nampaknya Andrea hendak memuaskan pembacanya sekaligus. Pertama rasa penasaran pembaca tentang Maryamah. Yang kedua akhir dari kisah cinta Ikal dan A Ling.
Bagi mereka yang belum pernah membaca Laskar Pelangi beberapa bab/mosaik akan terasa membingungkan karena dia memakai alur balik. Beberapa bab/mosaik itu menceritakan saat-saat Ikal masih bersekolah di Sekolah Dasar.
Seperti yang dikatakan Andrea Hirata ini adalah novel kultural  yang hendak memotret kehidupan orang Melayu (Belitong). Hal itu tergambar secara sempurna dalam novel kedua Cinta di Dalam Gelas. Orang Melayu yang memiliki budaya lisan sangat tinggi menemukan tempat yang pas untuk “melestarikan” budaya tersebut di warung kopi. Lihatlah bagaimana penasarannya seorang isteri tentang rasa kopi dari warung kopi yang katanya lebih enak dari kopi buatannya.  Kemudian diam-diam dia membeli kopi dari warung kopi dan membawanya pulang dengan harapan suaminya tidak ngopi di warung. Tapi apa kata suaminya, kopi tersebut tidak seenak kopi buatan warung kopi.
Di novel kedua inilah Maryamah mendapatkan nama belakang Karpov karena memakai metode pertahanan permainan catur ala Anatoly Karpov. Maryamah memakai permainan catur sebagai medium perlawanan terhadap hegemoni atau kesewenang-wenangan beberapa orang (lelaki) terhadap dirinya  di masa lalu. Kesewenang-wenangan yang mengakibatkan trauma berkepanjangan dalam hidupnya. Dengan kemenangan dari permainan catur itulah Maryamah mengusir trauma yang menghantui hidupnya sekian lama.
Dua buah novel yang digabung menjadi satu (bundling) terhitung sebagai hal baru bagi dunia buku Indonesia, setidaknya dalam kurun terakhir ini. Dengan harga 76.500 (toko buku) atau 65.025 (toko buku online) terbilang cukup murah untuk novel yang lumayan tebal ini (lebih tebal dari Laskar Pelangi).
“Ia adalah lelaki yang baik dengan cinta yang baik. Jika kami duduk di beranda, ayahmu mengambil antip dan memotong kuku-kukuku. Cinta seperti itu akan dibawa perempuan sampai mati”
“Jika kuseduhkan kopi, ayahmu menghirupnya pelan-pelan lalu tersenyum padaku”. Meski tak terkatakan , anak-anaknya tahu bahwa senyum itu adalah ucapan saling berterima kasih antara ayah dan ibu mereka untuk kasih sayang yang balas membalas, dan kopi itu adalah cinta di dalam gelas.